"Viral 'Anak SD Bawa Motor ke Sekolah': Cermin Kegagalan Sistemik Orang Tua, Sekolah, dan Penegak Hukum"
Video singkat seorang anak Sekolah Dasar (SD) dengan percaya diri mengendarai sepeda motor ke area sekolahnya menjadi viral dan memantik diskusi serius tentang keselamatan anak dan kepatuhan hukum. Kasus ini bukanlah insiden tunggal, melainkan gejala dari kegagalan sistemik.
Kegagalan Orang Tua: Pemberian akses kendaraan kepada anak di bawah umur (belum memiliki SIM) adalah bentuk kelalaian pengasuhan. Alasannya beragam, dari ketidaktahuan hukum, faktor kemudahan, hingga menuruti keinginan anak. Orang tua lupa bahwa mengemudi membutuhkan kematangan kognitif, emosional, dan fisik yang belum dimiliki anak SD.
Kegagalan Sekolah: Sekolah seringkali hanya fokus pada akademik, tetapi abai dalam pengawasan di gerbang sekolah dan edukasi keselamatan berkendara. Seharusnya, ada sanksi tegas dan komunikasi dengan orang tua jika menemukan siswa melanggar aturan ini.
Kegagalan Penegak Hukum (Polisi Lalu Lintas): Aturan batas usia pembuatan SIM (17 tahun) dan larangan mengemudi tanpa SIM seringkali tidak ditegakkan secara konsisten, terutama di jalan-jalan kecil atau perumahan. Ini menciptakan persepsi bahwa pelanggaran ini "biasa saja".
Solusinya harus kolaboratif. Orang tua harus tegas dan menjadi contoh. Sekolah perlu memasukkan pendidikan keselamatan lalu lintas dalam kurikulum dan memberlakukan aturan ketat. Polisi dapat melakukan sosialisasi dan operasi khusus di sekitar sekolah. Pemerintah daerah bisa menyediakan transportasi sekolah yang aman dan terjangkau. Viralnya video ini harus menjadi alarm bagi semua pihak untuk segera bertindak sebelum kecelakaan yang merenggut nyawa terjadi.




